
Ilustrasi/Foto: BBC
Jakarta – Harga minyak dunia melonjak hampir 2% hingga tembus melebihi US$ 92 per barel pada Selasa pekan ini. Kondisi ini merupakan yang tertinggi terjadi sejak 10 bulan terakhir, akibat dari banjir yang terjadi di Libya.
Banjir di Libya menyebabkan pasar energi menghadapi gangguan pasok. Karena kejadian itu, setidaknya 2.000 orang tewas dan 10.000 orang hilang, rusaknya bendungan, serta menyapu banyak rumah di sana.
Imbasnya, minyak mentah Brent yang merupakan patokan dunia melonjak hampir 2% ke level tertinggi intraday US$ 92,38 per barel, harga tertinggi sejak 17 November 2022. Harga minyak AS melonjak 2,3% menjadi US$ 89,29 per barel, juga merupakan level tertinggi sejak November.
Para analis menilai, lonjakan harga minyak ini akibat banjir mematikan di Libya. untuk sementara waktu akan mengganggu ekspor minyak dari negara OPEC tersebut. Menurut OPEC, negara ini memproduksi 1 juta barel minyak per hari pada Agustus.
Baca Juga : Maskapai Garuda Indonesia Resmi Melayani Kembali Rute Surabaya-Jeddah untuk Jemaah Umrah
“Libya memiliki sejumlah pelabuhan yang tidak dapat melakukan ekspor,” kata analis minyak utama untuk Amerika di Kpler, Matt Smith dikutip dari CNN, Rabu (13/9/2023).
“Ada satu hal lagi yang menambah sisi bullish dari minyak mentah,” tambahnya.
Para ekonom memperkirakan, laporan inflasi Indeks Harga Konsumen pada Rabu akan menunjukkan peningkatan. Peningkatan harga Agustus ini sebagian besar disebabkan oleh lonjakan harga bahan bakar di akhir musim panas.
“Hal ini akan menyalakan kembali kekhawatiran inflasi. Sulit untuk memahami bagaimana hal ini akan berakhir ketika ada kekuatan besar Arab Saudi yang melakukan intervensi di pasar untuk menopang harga,” sambungnya.
Baca Juga : Jokowi Sebut Lotte Garap Limbah Jadi Listrik buat Pabriknya di Cilegon
editor : Jasver Javier
More Stories
Bank Mandiri (BMRI) Menyalurkan Kredit UMKM secara Digital Rp973,2 Miliar
Xiaomi 13T Dipastikan Masuk Indonesia Bawa Kamera Leica, Ini Bocoran Spek & Harga
Wapres Bicara Energi Bersih, Sebut Target RI Bangun Pembangkit EBT 700 GW