Photo: AFP
Jakarta – Amerika Serikat (AS) peringatkan mitra dagangnya untuk mengatur kesepakatan baru; jika tidak, AS siap menerapkan kenaikan pajak impor sesuai tarif resiprokal atau timbal balik yang diusulkan Presiden Trump mulai 1 Agustus 2025.
Ini disampaikan pada hari Senin (07/07) dalam surat yang dikirim Trump kepada negara mitra dagang AS. Dalam surat itu, Donald Trump memberi peringatan bahwa jika kesepakatan tidak tercapai, mereka akan menghadapi bea masuk yang lebih tinggi.
“Presiden Trump akan mengirimkan surat kepada beberapa mitra dagang kami yang menyatakan bahwa jika mereka tidak mempercepat prosesnya, maka per 1 Agustus, mereka akan kembali ke tingkat tarif 2 April. Saya yakin kita akan melihat banyak kesepakatan dengan cepat,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah tayangan CNN “State of the Union” yang tayang pada Minggu (06/07).
Pemberlakuan ini membuat bursa saham Wall Street runtuh, tetapi pasar Asia sejauh ini menanggapinya dengan tenang.
Sejak Trump memulai perang dagang global pada April, banyak negara masih berusaha mencapai kesepakatan dengan AS. Tarif ini juga mengganggu pasar keuangan.
Pemberlakuan ini membuat bursa saham Wall Street anjlok. Namun, sejauh ini pasar Asia menyikapi hal tersebut dengan tenang.
Sejumlah negara terus berjibaku menyelesaikan kesepakatan dengan AS sejak Trump meluncurkan perang dagang global pada April. Tarif ini turut mengacaukan pasar finansial.
Namun, mitra dagang AS mendapat penundaan setelah Trump memperpanjang tenggat negosiasi hingga 1 Agustus lewat perintah eksekutif.
Surat Trump ke Prabowo: Indonesia kena tarif 32%
Menurut sejumlah sumber, pemerintah Indonesia menerima surat berkop dari Gedung Putih tertanggal 7 Juli 2025. Ini berarti bahwa Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 32% pada semua barang yang dikirim ke Amerika Serikat.
Tarif impor Indonesia sebesar 32% cukup tinggi dibandingkan dengan tarif impor Malaysia sebesar 25%. Namun, dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, seperti Myanmar dan Laos yang dikenakan tarif 40%, dan Thailand dan Kamboja yang dikenakan tarif 36%.
Tim DW telah berusaha mendapatkan keterangan dari pemerintah Indonesia melalui Kantor Komunikasi Presiden (PCO). Pemerintah belum memberikan tanggapan hingga artikel ini diterbitkan.
AS-EU masih terus berunding
Mereka yang terkena risiko termasuk Uni Eropa (UE). Tarif barang impor Uni Eropa dapat melonjak hingga 50% jika tidak ada kesepakatan. Ini akan berdampak pada semua, dari keju Prancis hingga elektronik Jerman.
Negosiator dari Uni Eropa dan Amerika Serikat telah berunding untuk mencapai kesepakatan baru.
Meskipun demikian, Scott Bessent menyatakan bahwa taktik Trump adalah menerapkan “tekanan maksimum”, sambil menyebut Uni Eropa sebagai contohnya. Dia mencatat bahwa Uni Eropa “membuat kemajuan yang sangat baik”, setelah awalnya dimulai dengan lambat.
“Pemerintah AShampir mencapai beberapa kesepakatan,” papar Scott. “Saya perkirakan akan ada sejumlah pengumuman besar dalam beberapa hari ke depan.”
Sementara ini, kesepakatan telah dicapai dengan Inggris dan Vietnam.
Pihak UE mengatakan bahwa mereka berharap untuk mencapai kesepakatan. Namun, UE juga siap untuk membalas dengan tarif pada ekspor AS.
Jika dihitung, pada tahun 2024 jumlah nilai perdagangan barang dan jasa antara UE dan AS mencapai €1,7 triliun (sekitar Rp29.750 triliun). Jika dirata-ratakan, per harinya mencapai atau rata-rata €4,6 miliar (sekitar Rp80,5 triliun) per hari, menurut badan statistik Uni Eropa, Eurostat.
Namun, sejumlah sumber-sumber dari UE menyebut Blok Biru ini tidak akan menerima surat yang menetapkan tarif yang lebih tinggi. Hal tersebut disampaikan pada Senin (07/07) kepada kantor berita Reuters.
Uni Eropa tampak sudah putus asa untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan yang komprehensif sebelum tenggat waktu Juli 2025.
Sumber Detiknews