Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan surplus neraca dagang didapatkan dari nilai ekspor yang mencpai US$23,5 miliar miliar dan impor mencapai US$20,59 miliar. (merdeka.com/Imam Buhori)
Jakarta – Jakarta Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) mencatat, ada sepuluh komoditas diimpor Indonesia dari Amerika Serikat (AS). Akibat kesepakatan tarif masuk barang AS, impor ini diperkirakan akan meningkat.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya meminta tarif bebas atas barang-barang yang dibawa ke Indonesia. Negosiasi akhirnya menghasilkan tarif 19% atas barang-barang Indonesia yang dibawa ke Amerika Serikat.
“Saya kira Amerika tentu tidak akan berhenti dari barang-barang yang sudah masuk, dia akan coba masuk dengan sejumlah barang yang bisa berkompetisi di pasar Indonesia,” kata Tauhid dilansir dari Liputan6.com.
Adapun, 10 komoditas yang sudah masuk Indonesia diantaranya: Pertama, impor kedelai senilai USD 1,24 miliar dengan rasio ketergantungan 89,1 persen. Kedua, butana cair senilai USD 1,03 miliar dengan rasio ketergantungan 54,1 persen.
Ketiga, propana cair USD 1 miliar dengan rasio ketergantungan 53,2 persen. Keempat, minyak bumi mentah USD 430,9 juta dengan rasio ketergantungan 4,7 persen. Kelima, batubara bituminus USD 425 juta dengan rasio ketergantungan 16,9 persen.
Keenam, ampas hasil penyulingan atau fermentasi USD 254,9 juta dengan rasio ketergantungan 92,5 persen. Ketujuh, etilena tak jenuh USD 224,7 juta dengan rasio ketergantungan 24,9 persen. Kedelapan, pesawat terbang dengan berat lebih dari 15.000 kg USD 223,8 juta dengan rasio ketergantungan 76,7 persen.
Kesembilan, tepung, bubur, dan pelet USD 187,1 juta dengan rasio ketergantungan 58,3 persen. Kesepuluh, bubur kayu kimia, soda atau sulfat USD 166,1 juta dengan rasio ketergantungan 35,3 persen.
Liputan6.com