Sejumlah warga membawa bantuan kemanusiaan di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Palestina (1/8/2025). ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.
Washington – Seorang pejabat PBB, pada Jumat, menyatakan kekhawatiran atas meningkatnya jumlah korban jiwa dan cedera warga Palestina di Jalur Gaza yang terbunuh saat mencoba memperoleh pasokan makanan pokok.
Wakil Juru Bicara Sekjen PBB Farhan Haq mengatakan kepada wartawan bahwa banyak warga Gaza masih terbunuh dan luka-luka saat mencari makanan, mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
“Menurut rekan-rekan hak asasi manusia kami, lebih dari 100 orang tewas dalam dua hari terakhir saja. Sementara ratusan lainnya luka-luka di sepanjang rute konvoi makanan atau di dekat pusat distribusi militer Israel,” imbuh Haq.
OCHA menegaskan kembali bahwa “tidak seorang pun boleh dipaksa mempertaruhkan nyawanya untuk mencari makanan,” tambahnya.
“Warga sipil harus selalu dilindungi, dan penyaluran bantuan di tingkat masyarakat dalam skala besar harus difasilitasi, bukan dihalangi,” kata Haq.
Ia menekankan bahwa kelangkaan berbulan-bulan bahan kebutuhan pokok telah memperburuk krisis, yang hanya dapat diatasi melalui “aliran bantuan tanpa batas” ke Gaza.
“Petugas kemanusiaan juga harus memiliki akses yang cepat, aman, dan tanpa hambatan untuk mengirimkan bantuan dengan cara yang aman dan bermartabat,” imbuhnya.
Mengutip OCHA, Haq mengatakan bantuan yang telah masuk ke Gaza sejauh ini masih “tidak mencukupi” dan tim PBB pun terus menghadapi “rintangan dan bahaya” di sepanjang rute yang disediakan oleh otoritas Israel.
“Rute yang diperintahkan otoritas Israel untuk dilalui tim kami masih belum memadai dan seringkali berbahaya, padat, atau tidak dapat dilalui,” tegasnya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menolak permintaan internasional untuk gencatan senjata dan terus melakukan perang genosida di Gaza. Kekejaman militer yang dilakukan oleh pemerintah Zionis telah membunuh lebih dari 60.300 orang Palestina. Korban terutama perempuan dan anak-anak.
Daerah kantong Palestina juga hancur karena serangan pengeboman terus-menerus militer Israel.
Sumber: Anadolu