Seorang anak yang terlantar menunggu untuk mendapatkan makanan gratis di barat Kota Gaza, Palestina (10/8/2025). Lebih dari 340 anak telah ditangani untuk mendapatkan perawatan malanutrisi di salah satu dari lima pusat perawatan di Gaza pada 2025. Hingga 5 Agustus, dilaporkan total 49 kematian anak akibat malanutrisi, termasuk 39 anak di bawah usia lima tahun (balita).ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.
Jakarta – Menurut badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serangan udara dan pengeboman di Gaza terus menyebabkan kematian, luka-luka, dan pengungsian, serta kerusakan infrastruktur sipil, sementara korban jiwa akibat kekurangan makanan terus meningkat.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa dalam 24 jam sebelumnya, delapan orang meninggal akibat kelaparan dan malanutrisi, termasuk tiga anak.
“Laporan-laporan seperti ini terjadi setiap hari, yang mencerminkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam dan kebutuhan mendesak akan bantuan yang berkelanjutan,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Lebih dari 340 anak telah ditangani untuk perawatan malanutrisi di salah satu dari lima pusat perawatan di Gaza pada tahun ini, menurut OCHA. Hingga 5 Agustus, 49 anak meninggal karena malnutrisi, termasuk 39 anak di bawah usia lima tahun.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini bahwa badan dunia menemukan bahwa laporan kematian akibat malanutrisi dari otoritas kesehatan Gaza memang benar setelah Israel mempertanyakan kebenaran laporan tersebut.
Pada Juli 2025, OCHA menyatakan bahwa PBB dan mitranya mengumpulkan data dari lebih dari 900 rumah tangga di Gaza, menunjukkan trauma berkelanjutan yang menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Banyak orang tinggal di tempat penampungan tidak resmi yang tidak aman, penuh sesak, dan kekurangan ruang dan privasi, terutama untuk wanita dan anak-anak.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan mitra kemanusiaannya yang bekerja di bidang perlindungan mulai memberikan dukungan kesehatan mental dan psikososial kepada tim perawatan mereka yang mengalami trauma di Gaza melalui sesi “perawatan untuk perawat”.
OCHA mengatakan bahwa rumah tangga terus melaporkan kondisi sanitasi yang buruk dan kekurangan air bersih. Di sisi lain, jalur pipa air di Gaza selatan yang dioperasikan oleh Israel, Mekorot, telah mengalami kerusakan selama hampir satu pekan.
OCHA menyatakan bahwa pada Selasa (12/8) tim PBB di Gaza mendapatkan lebih banyak makanan dan bahan bakar dari perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem dan Zikim. Lebih dari lima belas misi yang dikoordinasikan dengan pemerintah Israel berhasil difasilitasi, sedangkan yang lainnya ditolak, dihalangi, atau dibatalkan.
“Banyak tenda dan terpal yang perlu diganti… Hal ini sangat mendesak di tengah pengumuman perluasan operasi militer Israel di Gaza City, yang akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi masyarakat,” kata OCHA. Ini karena pasokan telah habis, membuat orang-orang terpapar panas musim panas dan tidak terlindungi ketika musim dingin tiba.
OCHA menyatakan bahwa jumlah bantuan yang dapat dikirim ke Gaza tidak memenuhi kebutuhan minimum bagi mereka yang kelaparan, meskipun masuknya barang-barang sedikit memperbaiki situasi pasar, baik dari segi harga maupun ketersediaan.
Sumber Antaranews