Eks Karyawan Polisikan Bos Perusahaan Art dan Animasi Gegara Dugaan Penganiayaan

0
(0)

Ilustrasi penganiayaan. Photo : Pexels/RODNAE Productions

Jakarta –  Seorang mantan karyawati berinisial CS dari sebuah perusahaan game art dan animasi ‘BS’ di Menteng melaporkan bosnya ke Polres Metro Jakarta Pusat dengan dugaan penganiayaan. Kasus ini menghebohkan industri kreatif dan menimbulkan perhatian luas dari publik.

AKBP Muhammad Firdaus, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, membenarkan adanya laporan tersebut. Dia menyatakan bahwa seorang warga negara Hongkong yang dilaporkan merupakan bos perusahaan art dan animasi.

“Korban sudah buat laporan. (Inisialnya CL, warga negara Hongkong,” kata Firdaus saat dihubungi wartawan, Senin, 16 September 2024.

Firdaus menyebut kasus dugaan penganiayaan ini masih dalam tahap pendalaman. Pihaknya juga masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.

“Masih tahap pemeriksaan saksi-saksi,” jelasnya.  Sebelumnya, seorang karyawan perempuan berinisial CS (27) yang bekerja di perusahaan game dan animasi di kawasan Jakarta Pusat mengungkapkan pengalaman pahitnya sebagai korban kekerasan dari atasannya, C (43). dalam wawancara yang diadakan pada Kamis 12 September 2024 di Jakarta Selatan. Selama dua tahun, CS mengalami kekerasan fisik, verbal, psikologis, dan bahkan pelecehan seksual.”Saya mengalami banyak bentuk kekerasan, mulai dari fisik, verbal, hingga kekerasan psikologis, dan sebenarnya ada unsur pelecehan seksual juga,” ungkap CS dalam wawancarannya.

CS mengatakan bahwa dia mengalami kekerasan sejak tahun 2022, tetapi itu mencapai puncaknya pada tahun 2024 ketika C mulai melakukan kekerasan fisik secara langsung.

Menurut pengakuannya, di tahun-tahun awal, C memaksa CS untuk menyakiti dirinya sendiri alih-alih melakukan kekerasan secara langsung. “Di tahun-tahun awal, dia tidak memukul saya secara langsung. Dia lebih sering menyuruh saya menampar diri saya sendiri sekeras mungkin. Itu bisa terjadi hingga 100 kali setiap kali saya melakukan kesalahan,” kata CS dengan suara bergetar. 

Lebih lanjut, CS menjelaskan bahwa jika dia merasa tidak cukup keras dalam menyakiti dirinya sendiri, C akan memaksanya untuk mengulangi tindakan tersebut.  “Jika dia merasa tamparannya tidak cukup keras, dia akan menyuruh saya mengulanginya. Setiap tamparan harus disertai suara keras dan dilakukan di kedua pipi. Dia sangat senang jika kacamata saya sampai terlepas,” tambah CS.

Jika sebelumnya kekerasan dilakukan secara diam-diam di dalam kamar, tahun 2024 menjadi titik balik yang suram bagi CS, karena C mulai melakukan kekerasan secara terbuka. C bahkan meminta CS untuk menyakiti dirinya sendiri di hadapan umum. Selain menampar dirinya sendiri, CS juga dipaksa menjalani hukuman fisik yang berat lainnya. Salah satu hukuman paling berat yang diingatnya adalah disuruh berlari naik turun tangga sebanyak 45 kali dalam satu malam.  “Saya harus lari naik turun lima lantai sebanyak 45 kali dalam satu malam. Itu sungguh melelahkan,” kenangnya. Pada Mei 2024, CS mengalami kekerasan yang paling parah saat C memaksanya untuk membenturkan kepalanya sendiri ke tembok di lantai tiga kantor. 

Saat pertama kali diperintahkan untuk melakukannya, CS mengaku tidak percaya bahwa C akan tega memberikan perintah sekejam itu.

“Awalnya, saya tidak percaya ketika dia menyuruh saya membenturkan kepala ke tembok. Saya hanya melakukannya pelan, tetapi dia marah dan mengatakan saya harus melakukannya dengan keras. Setelah menjalani hukuman fisik yang lain, saya benar-benar sudah kelelahan, jadi saya membenturkan kepala saya sekeras mungkin, dengan harapan semuanya akan berakhir saat itu juga,” cerita CS dengan mata berkaca-kaca.

Tindakan tersebut menyebabkan CS mengalami luka serius yang menyebabkan penglihatannya kabur dan benjolan besar di dahinya. Namun, dia berusaha menyembunyikan lukanya dengan poni agar tidak ada yang tahu. “Saya langsung merasa pusing, lemas, dan mata saya berkaca-kaca setelah membenturkan kepala. Saya berusaha menutupi benjolannya dengan poni, tapi tetap saja saya tidak bisa menahan air mata,” ujarnya dengan suara serak. Lebih tragis lagi, C malah memarahi CS karena menangis.

Dugaan penganiayaan di tempat kerja ini menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk aktivis hak asasi manusia dan pekerja kreatif. Mereka menyerukan tindakan tegas dari pihak berwenang dan menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari kekerasan.

Saat ini, kasus ini sedang dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian, dan diharapkan dapat memberikan kejelasan serta keadilan bagi korban dan semua karyawan yang berani bersuara.

Sumber Viva.co.id

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *