Fadli Zon Sarankan Bioskop di Bangun di Aceh, Sebut Arab Saudi sebagai Contoh

Masyarakat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (25/12/2024). Foto: Yasuyoshi Chiba/AFP

Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyarankan pembangunan bioskop di Aceh, satu-satunya provinsi di Indonesia yang diberi keistimewaan untuk menerapkan Syariat Islam. Dia mencontohkan Arab Saudi, yang memiliki banyak bioskop.

Fadli Zon menjelaskan bahwa ekosistem film Indonesia saat ini sangat baik jika ditanya tentang rekomendasi untuk membangun bioskop di Aceh.

“Saya memang menyampaikan, menyarankan (bioskop di Aceh) karena memang secara nasional kita ini ekosistem film kita nih lagi bagus-bagusnya,” kata Fadli Zon ditemui di Taman Pintar, Kota Yogyakarta, Jumat (17/1).

Sebelum penerapan Syariat Islam pada tahun 2001, bioskop terakhir di Aceh diperkirakan akan tutup pada pertengahan 1990-an. Insan perfilman mengatakan bahwa Indonesia kekurangan layar bioskop, kata Fadli Zon.

“Di Sumatera Barat yang ada bioskop hanya ada di Kota Padang. Jadi orang misalnya dari Bukittinggi atau Payakumbuh harus 3 jam kalau mau datang menonton bioskop. Jadi kurang. Ini padahal di masa lalu bioskop-bioskop itu hidup. Nah, kita mendorong juga termasuk swasta untuk mengembangkan bioskop-bioskop,” kata Fadli yang berdarah Minang ini.

“Jadi termasuk di Aceh juga ya, memang di Aceh mungkin masih ada kendala terkait dengan qanun [peraturan yang diterapkan di Aceh]. Nah, tentu harus ada adaptasi,” jelas politikus Gerindra ini.

Selain itu, Fadli Zon menegaskan bahwa dia telah memberi tahu Wali Nangroe Aceh dan Wakil Gubernur Aceh yang baru terpilih tentang hal ini.

“Kita perlu, saya bilang kepada beliau juga bioskop-bioskop di Aceh. Tapi tentu ini karena Aceh ini agak spesifik. Karena Aceh ini menggunakan syariat Islam. Jadi perlu ada mungkin penyesuaian dan adaptasi di situ,” kata Fadli.

“Di negara-negara Islam di Timur Tengah kan juga banyak bioskop. Coba, kalau kita lihat di Doha [Qatar], di Arab Saudi, banyak bioskop. Jadi bioskop-bioskop itu menurut saya masih diperlukan sebagai sebuah platform. Akan beda orang menonton di rumah dengan di bioskop. Ya, mulai dari kualitas sound, kualitas gambar, sensasinya juga beda. Itu kira-kira,” pungkasnya.

Sumber Kumparan