Kepala biro politik gerakan Hizbullah Lebanon, Hashem Safieddine. Foto: Mahmoud Zayyat/AFP
Jakarta – Israel mengeklaim telah membunuh Hashem Safieddine, sosok yang disebut-sebut sebagai calon pemimpin Hizbullah pengganti Hasan Nasrallah, pemimpin Hizbullah sebelumnya yang tewas dalam serangan Israel pada akhir September.
“Kini dapat dipastikan bahwa dalam sebuah serangan sekitar tiga minggu lalu, Hashem Safieddine, Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, dan Ali Hussein Hazima, Kepala Direktorat Intelijen Hizbullah, dibunuh bersama dengan komandan Hizbullah lainnya,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan dikutip AFP, Rabu (23/10).
Selain itu, Hizbullah belum membuat pernyataan atau membantah klaim Israel hingga saat ini.
Hassan Nasrallah adalah pemimpin Hizbullah sebelumnya, dan dia tewas dalam serangan Israel pada 28 September lalu.
Safieddine adalah sepupu dari pihak ibunya dan sempat belajar di Iran pada awal 1980-an. Seperti Nasrallah, dia sangat mengkritik Israel dan Barat, dan dia punya aliansi kuat dengan para pemimpin Iran.
Sejauh ini, Hizbullah belum menunjuk pengganti Nasrallah dari posisinya sebagai kepala dewan eksekutif, meskipun Safieddine dianggap sesuai untuk posisi tersebut.
Dewan Syura terdiri dari lima badan, dan salah satunya adalah Dewan Eksekutif. Dewan Syura bertanggung jawab atas keputusan organisasi Hizbullah.
Berbeda dengan Dewan Jihad, yang merupakan badan militer Hizbullah, dewan eksekutif menangani masalah politik.
Sebelum ini, Safieddine berbicara tentang “hubungan yang kuat” antara Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), khususnya tentang Jenderal Iran Qasem Soleimani, yang tewas dalam serangan udara AS di bandara Baghdad pada 2020. Putera Safieddine menikah dengan puteri Soleimani.
Safieddine, seorang ulama Syiah, lahir di desa Deir Qanoun En Nahr di Lebanon selatan pada tahun 1964. Mirip Nasrallah, Safieddine mengenakan sorban hitam yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang ‘Sayyid’, gelar kehormatan yang diberikan oleh Syiah untuk menunjukkan keturunan Nabi Muhammad.
Selama setahun terakhir, Safieddine, yang berusia 60 tahun, telah menunjukkan keterlibatannya dalam politik Hizbullah. Safieddine sering membuat pernyataan yang mengecam Israel selama perang Gaza.
Saat berpidato di pemakaman salah satu anggota Hizbullah yang tewas pada Mei, Safieddine mengaku bahwa kelompoknya tetap kuat, memprioritaskan sekutu Iran, dan memperjuangkan kebebasan rakyat Palestina.
Pada tahun 2021, Safieddine mengatakan bahwa ‘tirani AS’ telah “menyabotase” negara-negara di sekitar Lebanon, mencontohkan Irak dan Afghanistan. Dia juga menuduh AS mencampuri urusan politik dalam negeri Lebanon.
AS telah menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada 1997 dan menetapkan hal yang sama untuk Safieddine pada 2017.
Di Lebanon, Israel dan Hizbullah sedang bertempur sengit dalam beberapa pekan terakhir.
Sejak pertengahan September, Israel menggempur habis-habisan Lebanon. Lalu pada 1 Oktober, mereka meluncurkan invasi ke negara tersebut atau yang disebut operasi serangan darat terbatas.
Israel mengklaim operasi itu hanya menyasar Hizbullah dan infrastrukturnya. Namun, mereka menyerang fasilitas sipil bahkan pos pasukan penjaga perdamaian di Lebanon (UNIFIL).
Milisi di Lebanon Hizbullah mengeklaim mereka telah menggempur markas intelijen di dekat Ibu Kota Israel, Senin (21/10).
Hizbullah menyerang Pangkalan Glilot milik Unit intelijen militer 8200.
“Operasi ini untuk mendukung rakyat Palestina yang teguh di Jalur Gaza,” demikian menurut Hizbullah, demikian dikutip Mehr News.
Mereka lalu berujar, “Dan untuk mendukung perlawanan mereka yang gagah berani dan terhormat dan untuk membela Lebanon dan rakyatnya.”
Hizbullah juga menyebut serangan itu terjadi sebagai bagian rangkaian operasi Khaybar. Selain itu, gempuran ini merupakan respons terhadap agresi dan pembantaian yang dilakukan pasukan Zionis.
Kelompok tersebut mengidentifikasi nama sandi operasi ini sebagai “Kami siap melayani Anda, wahai Nasrallah.”
Nasrallah merujuk kepada Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah.
Sejak September, serangan Israel di Lebanon telah menewaskan lebih dari 1.500 orang. Sementara itu, Hizbullah mengklaim telah membunuh 55 tentara Israel dan 500 terluka imbas sejak awal Oktober.
Sumber CNN Indonesia