Israel Membuat ‘Gaza Baru’ Di Lebanon

5
(1)

Foto: REUTERS/Jim Urquhart

Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah serangan udara Israel di Lebanon pada Senin (23/9/2024) telah menewaskan hampir 500 orang, serta melukai lebih dari 1.600 orang lainnya. Israel mengatakan pasukan mereka menyerang 1.300 target Hizbullah di negara tersebut.

Selain mencatat jumlah korban tertinggi tahun ini, serangan ini juga menandai hari paling mematikan dalam konflik dengan Israel sejak perang 34 hari antara kedua negara pada tahun 2006.

Insiden ini pun menjadi perhatian dunia. Reaksi dunia terhadap situasi ini bervariasi, Berikut reaksi dunia terkait serangan mematikan Israel di Lebanon, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (24/9/2024).

Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa serangan terbaru Israel di Lebanon dapat menyebabkan perang di seluruh kawasan Timur Tengah.

“Serangan baru-baru ini terhadap Lebanon dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Israel adalah manifestasi yang jelas dari upaya untuk memperluas perang di kawasan,” kata Erdogan dalam sebuah acara yang diadakan oleh Komite Pengarah Nasional Turki-Amerika (TASC) di New York, dikutip dari Anadolu Agency.

“Institusi global dan organisasi tidak mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri penindasan di Gaza atau mencegah pembantaian Israel,” tambahnya.

Erdogan menyebut bahwa sistem global saat ini sedang kehilangan “efektivitas dan kredibilitas,” dengan lembaga-lembaga yang seharusnya menjaga perdamaian dan keamanan dunia berada dalam “kondisi keruntuhan moral.”

Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan juga memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat mendorong kawasan Timur Tengah semakin dalam ke “kekacauan.”

“Serangan Israel di Lebanon menandai fase baru dalam upayanya untuk menyeret seluruh kawasan ke dalam kekacauan,” kata kementerian tersebut, dilansir AFP.

Turki pun meminta komunitas internasional untuk segera turun tangan. “Negara-negara yang mendukung Israel tanpa syarat membantu [Perdana Menteri Israel] Netanyahu menumpahkan darah demi kepentingan politiknya,” tegas pernyataan tersebut.

Mesir

Kementerian Luar Negeri Mesir telah meminta “kekuatan internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk campur tangan segera” untuk menghentikan “eskalasi berbahaya Israel di Lebanon.”

Kairo, yang berfungsi sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas, berulang kali memperingatkan terhadap eskalasi Israel di wilayah tersebut, mengatakan bahwa “ancaman akan menyeret kawasan itu ke dalam perang regional yang komprehensif.”

Mesir kembali menyatakan “solidaritas” dengan Lebanon dan menyatakan “penolakannya sepenuhnya terhadap segala pelanggaran kedaulatan dan wilayah Lebanon.”

Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab telah menyatakan “kekhawatiran mendalam atas serangan Israel di Lebanon selatan”.

Dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip media pemerintah, negara Teluk itu menegaskan pendiriannya untuk “menolak kekerasan, eskalasi, tindakan dan reaksi yang tidak diperhitungkan yang mengabaikan hukum yang mengatur hubungan dan kedaulatan negara”.

Belgia

Situasi di Lebanon dianggap “sangat mengkhawatirkan” oleh Hadja Lahbib, menteri luar negeri Belgia.

Dia menyatakan bahwa warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, “sekali lagi terkena dampak” dan menuntut de-eskalasi, menyatakan bahwa “diplomasi” adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik.

“Intensifikasi konflik di perbatasan antara Lebanon dan Israel sangat mengkhawatirkan. Warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, sekali lagi menjadi korban. De-eskalasi sangat dibutuhkan. Satu-satunya jalan keluar dari konflik ini adalah melalui diplomasi,” katanya melalui akun media sosial X.

Amerika Serikat

Presiden Joe Biden dari Amerika Serikat menyatakan bahwa Washington akan melakukan “segala yang kami bisa untuk mencegah pecahnya perang yang lebih luas.”

Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka terus berhubungan dengan pejabat Israel dan Lebanon sepanjang kampanye pengeboman Israel di Lebanon.

Seperti dikutip Al Jazeera, juru bicara tersebut mengatakan bahwa AS tidak ingin melihat eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut oleh “pihak mana pun”, menambahkan bahwa pihaknya siap untuk membela “sekutu dan mitranya” di wilayah tersebut.

PBB

Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan kepada CNN International bahwa ia khawatir tentang “kemungkinan mengubah Lebanon [menjadi] Gaza yang lain.”

Di X, Jeanine Hennis-Plasschaert, Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, menyatakan bahwa Timur Tengah berada di ambang “bencana yang akan segera terjadi”.

“Tidak dapat dilebih-lebihkan lagi: TIDAK ADA solusi militer yang akan membuat kedua belah pihak lebih aman,” tulisnya.

Catherine Russell, kepala UNICEF, menyatakan bahwa dia “sangat khawatir” dengan lonjakan serangan mematikan yang sedang berlangsung di Lebanon dan Israel, menyatakan bahwa peningkatan kekerasan merupakan “eskalasi yang berbahaya” bagi warga sipil.

“Banyak sekali anak-anak berada dalam bahaya, dengan banyak yang mengungsi dari rumah mereka,” kata Russell dalam sebuah pernyataan.

Tingkat tekanan psikologis yang mengkhawatirkan juga telah dilaporkan di antara anak-anak karena pengungsian dan dari rentetan penembakan dan serangan udara. Ia pun menyerukan de-eskalasi segera.

Situasi ini menambah kompleksitas konflik yang sudah berkepanjangan di wilayah tersebut, dan dunia masih menantikan langkah-langkah selanjutnya dari pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai stabilitas dan perdamaian.

Sumber CNBC Indonesia

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *