Ilustrasi mandi wajib (Foto: Freepik)
Jakarta – Selama Ramadan, umat Islam diminta untuk menahan diri dari konsumsi makanan dan minuman yang dapat membatalkannya. Mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Saat berpuasa, berhubungan suami istri di siang hari dilarang karena dapat membatalkan puasa. Namun, aktivitas ini diperbolehkan setelah berbuka di malam hari.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 187:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”
Setelah berhubungan suami istri, seseorang berada dalam keadaan hadas besar sehingga wajib mandi junub agar kembali suci dan bisa menjalankan ibadah seperti salat. Namun, bagaimana jika mandi wajib ditunda hingga setelah waktu subuh? Apakah hal ini membatalkan puasa atau justru tetap diperbolehkan?
Hukum Mandi Wajib Setelah Subuh di Bulan Ramadan
Secara umum, setiap ibadah yang membutuhkan wudhu juga memerlukan mandi junub, seperti salat, thawaf, menyentuh Al-Qur’an, dan berdiam diri di masjid. Namun, puasa tidak termasuk dalam ibadah yang membutuhkan wudhu atau mandi junub.
Menurut Dr. Muh. Hambali, M.Ag dalam bukunya Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian, mayoritas ulama fiqh dari empat mazhab sepakat bahwa menunda mandi junub hingga setelah terbit fajar tidak mempengaruhi keabsahan puasa. Artinya, puasa tetap sah meskipun berada di dalam kondisi hadas besar.
Pandangan ini merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah dan Ummu Salamah RA, yang menyebutkan bahwa:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ غَيْرِ حُلْمٍ ثُمَّ يَصُومُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Artinya: “Rasulullah SAW pernah masuk waktu subuh dalam keadaan masih junub yang bukan karena mimpi, kemudian beliau berpuasa.” (Muttafaq ‘alaih)
Meskipun kondisi hadas besar setelah Subuh tidak membatalkan puasa, tetap harus mandi wajib secepatnya karena salat Subuh harus dilaksanakan dalam keadaan suci dari hadas besar.
M. Quraish Shihab dalam buku M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, menyatakan bahwa seseorang yang mengalami mimpi basah atau berhubungan suami istri pada malam hari tidak boleh menunda mandi junub hingga siang hari. Menurutnya, batas waktu untuk mandi junub adalah sebelum waktu Subuh berakhir, karena setiap muslim wajib melaksanakan salat Subuh dalam keadaan suci.
Wallahu a’lam.
Sumber DetikHikmah