Jamaah calon haji dari berbagai negara melakukan Tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Jumat (30/5/2025). ANTARA FOTO/Andika Wahyu/nym/aa.
Makkah – Kementerian Agama melaporkan bahwa sebanyak 203.149 calon haji reguler yang tergabung dalam 525 kelompok terbang (kloter) telah tiba di Kota Makkah dan sekarang memasuki masa tenang untuk mempersiapkan diri untuk puncak ibadah haji.
“Seluruh jamaah haji Indonesia kini telah berada di Kota Makkah dalam keadaan aman dan sehat,” ujar Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin di Makkah, Ahad.
Puncak haji akan dimulai dengan pemberangkatan jamaah ke Arafah pada 8 Dzulhijah 1446 H, bertepatan dengan 4 Juni 2025. Kamaruddin mengajak jamaah untuk fokus menyiapkan diri menuju fase Armuzna.
Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah dengan mengurangi aktivitas di luar tenda atau hotel, mendapatkan istirahat yang cukup, tetap bersih, dan lebih banyak minum air putih.
Layanan Bus Shalawat telah diberhentikan sementara pada hari Minggu. Bus akan kembali melayani jamaah pada Selasa, 14 Dzulhijah atau 10 Juni 2025 pukul 00.00 WAS.
“Jamaah diimbau untuk tetap beribadah di hotel masing-masing dan menghindari aktivitas di luar ruangan kecuali untuk keperluan mendesak,” kata Kamaruddin.
Selain itu, jelang puncak haji, makanan siap saji diberikan di hotel sebagai pengganti layanan katering biasa. Makanan didistribusikan secara bertahap untuk enam kali makan, dimulai pada tanggal 7 Dzulhijah (3 Juni) dengan tiga makan, 8 Dzulhijah (4 Juni) dengan satu makan, dan 13 Dzulhijah (9 Juni) dengan dua makan.
“Makanan ini dapat langsung dikonsumsi. Nasi sebaiknya direndam air selama 5–10 menit sebelum disantap, lauk dapat dimakan langsung tanpa pemanasan. Setelah kemasan dibuka, makanan tidak boleh disimpan ulang, demi alasan kesehatan,” kata Kamaruddin.
Selama puncak haji di Armuzna, jamaah akan diberi 15 kali makan dan 1 snack berat. Ini terjadi di Arafah lima kali, di Muzdalifah satu kali, dan di Mina sepuluh kali.
“Makanan disiapkan dengan memperhatikan gizi, daya tahan, dan kondisi medan saat puncak ibadah,” kata Kamaruddin.
Kamaruddin juga menjelaskan bahwa Murur dan Tanazul adalah dua cara jamaah bergerak untuk mengurangi kepadatan Muzdalifah dan Mina.
Jamaah dari Arafah pergi ke Mina untuk melakukan lempar jumrah dan mabit dengan bus yang hanya melewati Muzdalifah tanpa turun dari mobil. Ini disebut Murur.
Tahun ini, diperkirakan sekitar 50.000 orang akan bergabung dengan skema murur, yang akan diterapkan secara selektif terutama untuk anggota jamaah yang lebih tua, disabilitas, dan uzur.
Sedang tanazul adalah pemulangan lebih awal ke hotel di Makkah setelah selesai lempar jumrah aqabah. Skema ini bertujuan untuk mengurai kepadatan di tenda Mina.
“Sekitar 30.000 orang, terutama dari sektor Syisyah dan Raudhah, dijadwalkan mengikuti tanazul. Mereka yang melempar jumrah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah tidak kembali ke tenda di Mina, tetapi langsung kembali ke hotel masing-masing,” kata Kamaruddin.
Sumber Antaranews