Foto yang diambil dengan ponsel ini menunjukkan kotak pasir di ruang konsultasi klinik kesehatan mental wanita di Rumah Sakit Pertama Universitas Tsinghua di Beijing, pada 23 Oktober 2024. ANTARA/Xinhua/Shen Anni
Beijing – Di China tengah, ruang konsultasi sebuah rumah sakit tidak memiliki peralatan medis atau bau disinfektan yang biasa dilihat. Segala sesuatu yang terlihat di sana hanyalah sebuah kotak pasir, beberapa boneka mainan untuk terapi bermain pasir, beberapa tanaman, dan sambutan hangat dari seorang psikiater yang ramah.
Ketika Wang Fang (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 33 tahun yang baru melahirkan, memasuki ruangan baru-baru ini, dia lebih tenang daripada saat kunjungan pertamanya.
Wang resmi menjadi seorang ibu lima bulan yang lalu setelah melahirkan anaknya. Namun, tak lama kemudian, dia diliputi stres, merasakan bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap bayinya, dan sering meragukan kemampuan dirinya untuk mengasuh anak. Wang kadang-kadang menangis atau tiba-tiba kehilangan kesabaran.
Wang didiagnosis menderita depresi setelah melahirkan setelah mencari bantuan profesional di Rumah Sakit Rakyat Provinsi Henan.
“Masalah kesehatan mental umum terjadi pada wanita hamil dan ibu baru,” kata psikiaternya, Zhang Hongju, yang menjelaskan bahwa perubahan hormonal dapat membuat beberapa perempuan lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.
Wang mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan menemukan rasa tenang yang baru melalui konseling dan terapi fisik.
Studi ilmiah menunjukkan bahwa perempuan lebih sering mengalami gangguan emosional dibandingkan pria. Sindrom pramenstruasi, depresi perinatal, dan masalah yang berkaitan dengan menopause adalah yang paling umum.
Menurut Zhang Cuilian, kepala eksekutif rumah sakit tersebut, klinik kesehatan mental baru untuk perempuan ini merupakan bagian dari inisiatif rumah sakit guna memberikan dukungan komprehensif bagi kaum perempuan.
“Tekanan yang dihadapi perempuan, baik yang bekerja maupun mengurus rumah tangga, dapat berdampak pada kehidupan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan,” ujar Zhang.
Dalam beberapa tahun terakhir, rumah sakit-rumah sakit umum di China mendirikan klinik kesehatan mental khusus untuk perempuan, banyak di antaranya menyediakan layanan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pasien.
Tidak seperti konsultasi tradisional, yang kerap hanya berlangsung selama lima sampai sepuluh menit, konsultasi di Rumah Sakit Pertama Universitas Tsinghua di Beijing memungkinkan percakapan selama 30 menit, sehingga pasien memiliki cukup waktu untuk mencurahkan isi hatinya kepada psikiater.
Setelah itu, pasien mengisi kuesioner terperinci agar psikiater dapat merancang rencana perawatan yang dipersonalisasi yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Pang Yina, seorang pasien berusia 24 tahun, merasa puas dengan perawatannya yang berjalan selama enam bulan. “Dokter saya terasa seperti kakak perempuan yang selalu dapat saya andalkan. Dia mendengarkan segala keluhan dan membantu saya mengatasi emosi negatif,” ungkap Pang.
Liu Zuoyuan, seorang peneliti di Institut Tata Kelola Nasional di Institut Teknologi Beijing, menyampaikan bahwa “rasa hormat, perlindungan, dan kepedulian terhadap perempuan” telah lama menjadi nilai inti China. Meningkatnya jumlah klinik kesehatan mental perempuan mencerminkan upaya China yang tak kenal lelah untuk meningkatkan layanan yang melindungi hak dan kesejahteraan perempuan.
China telah mencapai kemajuan besar dalam kesehatan wanita. Pemeriksaan kanker serviks dan payudara telah membantu hampir 200 juta perempuan hingga saat ini. Tahun lalu, 99,95 persen perempuan hamil melahirkan di rumah sakit dan 98,2 persen melakukan pemeriksaan prapersalinan. Di negara ini, angka kematian ibu jauh di bawah nilai median untuk negara berpenghasilan menengah ke atas.
Saat ini, China berada di posisi terdepan di dunia dalam indikator utama kesehatan ibu dan anak, demikian menurut Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) China.
Meskipun demikian, China terus meningkatkan jaringan layanan kesehatannya, dengan penekanan khusus pada kesehatan mental wanita.
Bagi Liu, perluasan klinik kesehatan mental perempuan juga mencerminkan komitmen China terhadap strategi “mengutamakan kesehatan” yang berfokus pada pencegahan dan perawatan proaktif.
Dengan kemajuan solid dalam perawatan kesehatan, China beralih dari yang awalnya hanya mengobati penyakit menjadi menjaga kesehatan secara keseluruhan, tutur Liu.
“Kesehatan fisik dan mental sama pentingnya,” kata Pang, seorang pasien berusia 24 tahun.
“Saya berharap lebih banyak rumah sakit akan mendirikan klinik kesehatan mental perempuan dan masyarakat memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan kesehatan mental perempuan,” katanya.
Klinik-klinik ini hadir sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan perempuan. Langkah ini menjadi salah satu upaya signifikan dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan mendukung bagi perempuan.
Sumber Antaranews