Seorang anak mendinginkan diri di depan kipas saat gelombang panas melanda Bagdad, Irak, pada 10 Juli 2024. (ANTARA/Xinhua/Khalil Dawood)
Kairo – Gelombang panas yang kuat terus menerpa wilayah Timur Tengah, mengakibatkan suhu mencapai 50 derajat Celsius di beberapa tempat. Hal ini mengancam kesehatan penduduk setempat dan membebani sistem tenaga listrik yang sudah lemah.
Beberapa hari sebelumnya, gelombang panas di Iran telah memicu suhu di sebagian besar kota hingga mencapai 40 derajat Celsius. Suhu tertinggi di Teheran, ibu kota Iran, naik hingga 40 derajat Celsius dalam 48 jam terakhir.
Suhu telah mencapai 50 derajat Celsius di beberapa provinsi di Iran selatan sejak pertengahan Juli, dan Sabtu (27/7) di Provinsi Khuzestan di barat daya Iran mencapai 54 derajat Celsius.
Suhu efektif, atau indeks panas, adalah suhu yang dirasakan tubuh manusia ketika suhu udara dan kelembapan relatif sama. Beberapa tempat di Teluk Persia memiliki indeks panas 60–65 derajat Celcius.
Menurut kantor berita resmi IRNA, Sabtu (27/7), pemerintah Iran menginstruksikan penutupan sementara semua kantor, organisasi, dan bank milik negara pada Minggu (28/7) untuk melindungi kesehatan warga dan menjaga konsumsi energi dalam negeri tetap terkendali.
Departemen Meteorologi Kuwait melaporkan bahwa Kuwait telah mengalami gelombang panas sejak pekan lalu, dengan suhu tertinggi mencapai 53,5 derajat Celcius, rekor tertinggi negara sepanjang masa.
Sejumlah pakar pemerintah menyarankan orang untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama pada siang dan sore hari ketika suhu tinggi. Mereka juga harus menghindari paparan sinar matahari langsung, minum cukup air, dan waspadai bahaya sengatan panas (heatstroke) dan penyakit terkait lainnya.
Sementara itu, pemerintah meminta orang untuk menghemat listrik untuk mencegah jaringan listrik terbebani terlalu banyak, yang dapat menyebabkan pemadaman karena pemakaian yang berlebihan.
Warga Irak telah menghadapi suhu yang sangat panas sejak musim panas. Beberapa provinsi, seperti Dhi Qar, Maysan, Basra, dan Muthanna, mencatatkan rekor suhu lebih dari 50 derajat Celcius dalam beberapa hari terakhir.
“Rasanya seolah-olah segala sesuatu mendidih ketika saya keluar. Saya bisa menggoreng telur mentah di bawah sinar matahari dalam beberapa menit,” kata Hassan, seorang warga Baghdad, kepada Xinhua.
“Kami berusaha mengurangi kegiatan nonesensial, namun, kerap terjadi pemadaman listrik di rumah, yang benar-benar membuat situasi menjadi sangat berat”.
Suhu di Baghdad, ibu kota Irak, tercatat di kisaran 45 derajat Celsius sepanjang pekan ini.
Jaringan listrik Irak yang sudah kewalahan kian memburuk karena kekurangan listrik yang besar selama musim panas. Pada akhir Juni, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ al-Sudani mengatakan bahwa, karena suhu tinggi di seluruh negeri, jam kerja resmi di kantor-kantor publik harus dikurangi satu jam selama musim panas.
Suhu rata-rata di seluruh negeri mencapai 25,4 derajat Celcius, sekitar 3,6 derajat di atas suhu rata-rata Juni dari 1991 hingga 2000. Suhu tertinggi mencapai 47,8 derajat Celcius di Provinsi Sanliurfa di bagian tenggara negara pada 20 Juni, menurut Badan Meteorologi Turki.
Sementara itu, Otoritas Meteorologi Mesir mengatakan bahwa suhu tinggi telah melanda Mesir sejak Senin. Temperatur tertinggi mencapai 40 derajat Celcius di Kairo, dan 46 derajat Celcius di Mesi Atas di selatan.
Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa pada Selasa (23/7), rata-rata suhu global harian pada 21 Juli mencapai rekor tertinggi dalam sejarah Bumi.
Layanan itu melaporkan pada awal Juli bahwa bulan lalu merupakan bulan Juni terpanas sepanjang sejarah.
Para ilmuwan berpendapat bahwa gelombang panas menunjukkan bagaimana perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah membuat suhu panas yang mengancam jiwa menjadi lebih lazim.
Sumber Antaranews