Petugas keamanan berdiri di dekat lokasi ledakan bom, di Malam Jabba di distrik Swat, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Minggu (22/9/2024). Foto: Mehboob UL HAQ / AFP
Jakarta – Pada hari Minggu (22/9) di distrik Swat, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, terjadi serangan bom. Serangan tersebut menyasar konvoi para diplomat, yang didalamnya terdapat diplomat Indonesia.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) mengonfirmasi bahwa seluruh diplomat Indonesia yang bertugas di Pakistan selamat dari serangan tersebut.
“Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Islamabad dan seluruh rombongan korps diplomatik dalam keadaan aman dan telah kembali ke Islamabad dengan selamat,” kata Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Sumirat, dikutip dari Antara, Selasa (24/9).
Beberapa diplomat dari Portugal, Kazakshstan, Bosnia dan Herzegovina, Zimbabwe, Rwanda, Turkmenistan, Vietnam, Iran, Rusia, dan Tajikistan ikut dalam konvoi tersebut.
Mereka sedang kembali ke negara asalnya untuk menghadiri undangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Islamabad dan Swat untuk meningkatkan bisnis lokal.
Rolliansyah menyatakan bahwa setelah kejadian ini, KBRI di Islamabad akan bekerja sama dengan aparat keamanan Pakistan untuk menjamin keselamatan WNI lainnya.
“KBRI Islamabad akan terus berkoordinasi dengan aparat pemerintah Pakistan guna memastikan keamanan dan keselamatan seluruh WNI di Pakistan,” ucapnya.
Mengingat, ada 1.200 WNI yang saat ini menetap di Pakistan. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar, atau WNI yang menetap karena menikah dengan warga setempat.
Rolliansyah juga meminta, para WNI ini untuk terus memantau pemberitaan terkait, sehingga mampu mengambil langkah-langkah yang terukur.
“Untuk itu, masyarakat juga diimbau untuk terus memantau pemberitaan secara terukur dan bertanggung jawab,” demikian menurut kata Rolliansyah.
Pada serangan ini, seorang anggota polisi tewas setelah terluka. Nyawanya tak tertolong, begitu tiba di Rumah Sakit.
Presiden Pakistan Asif Zardari sangat memperhatikan serangan ini karena dia menduga bahwa kelompok teroris lokal melakukannya.
Dikutip dari kantor berita AFP, kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) berada di balik aksi ini. Kelompok ini terpisah dari Taliban Afghanistan, tapi punya ideologi yang sama.
TTP dimasukkan ke dalam daftar hitam terorisme Paksitan. Salah satu tindakan mereka adalah menembak wanita berusia 15 tahun Malala Yousafzai, yang berkampanye untuk hak-hak perempuan untuk masuk sekolah.
Dalam situasi yang penuh ketegangan ini, Kemlu mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan waspada, serta mengingat pentingnya menjaga keamanan dan kerukunan antarnegara.
Sumber Kumparan