Ilustrasi HIV AIDS.(bbs)
Jakarta – Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan mengungkapkan bahwa mereka telah menangani 655 pengidap “Human Immunodeficiency Virus” (HIV) melalui program pengobatan antiretroviral (ARV) sepanjang tahun ini.
Program ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan virus dan meningkatkan kualitas hidup para pengidap.
“Yang mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 655 atau 77 persen dari jumlah pengidap HIV di Jakarta Selatan,”
Yudi Dimyati, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Sepanjang Tahun 2024, di sejumlah fasilitas kesehatan wilayah Jakarta Selatan telah dilakukan pemeriksaan (skrining) HIV pada 73.048 orang.
“Yang mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 655 atau 77 persen dari jumlah pengidap HIV di Jakarta Selatan,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat.
Dari jumlah tersebut, terdapat kasus baru sebanyak 855 orang telah didiagnosa positif HIV.
“Dari 855 orang, itu yang menjalani pengobatan sebanyak 655 orang,” ujarnya.
Layanan ARV juga dapat mencegah infeksi oportunistik yang lebih buruk, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan mengurangi jumlah virus (viral load) yang tidak terdeteksi dalam darah.
Dalam upaya penanganan HIV, Sudinkes Jakarta Selatan bekerja sama dengan berbagai organisasi non-pemerintah dan komunitas untuk menjangkau lebih banyak pengidap dan memberikan akses pengobatan yang lebih baik.
Puskesmas Mampang Prapatan kemudian menjadi wakil Jakarta Selatan dalam kompetisi Konvensi Mutu Tingkat Provinsi DKI Jakarta 2024 dengan melakukan terobosan dalam penanganan HIV-AIDS.
Menurut Pratama Kurnia Dewi, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Puskesmas Mampang Prapatan, inovasi Self Test HIV-AIDS (SETIA) dibuat untuk meningkatkan kemampuan individu untuk melakukan pemeriksaan HIV-AIDS sendiri, terutama untuk populasi penting.
“SETIA ini dapat mendukung masyarakat mencari tahu status HIV mereka dimana saja dan kapanpun mereka siap karena sifatnya yang mudah, cepat, dan tentunya bersifat privasi,” ujar Dewi.
Dengan inovasi ini, pasien dapat melakukan pemeriksaan sendiri tanpa khawatir akan stigmatisasi lingkungannya.
“Capaian sejak tahun 2021 semakin meningkat dan luas menjangkau para populasi kunci untuk melakukan tes mandiri HIV-AIDS,” tambahnya.
Semua inovasi ini dibuat untuk mendukung tujuan eliminasi HIV-AIDS di tahun 2030, yang juga tercantum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs-3.3).
Sudinkes juga gencar melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan angka pengidap HIV di Jakarta Selatan dapat terus menurun, dan kualitas hidup para pengidap dapat meningkat secara signifikan.
Sumber Antaranews