Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani usai menghadiri Korea-Indonesia Business Roundtable di Jakarta, Senin (28/4/2025). (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menegaskan bahwa mereka tidak khawatir dengan pengunduran diri LG Energy Solution, perusahaan Korea Selatan, dari konsorsium proyek kendaraan listrik atau kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
Menurut Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), tidak dapat diputuskan secara cepat mengapa LG meninggalkan proyek tersebut. Ini terutama berlaku untuk industri baterai EV di Indonesia. Dia menyatakan bahwa investor lain telah bersiap untuk bergabung dengan LG dalam konsorsium proyek.
“Jadi, banyak walaupun LG punya planning lain, tapi banyak juga yang sudah siap daripada investor lain yang mau masuk, termasuk juga Korea melihat dari banyak sektor,” ujar Shinta di Jakarta, Senin.
Shinta menyatakan bahwa mundurnya LG perlu diperiksa dengan cermat. Menurutnya, itu tidak sesuai dengan lingkungan industri baterai Indonesia.
Selain itu, LG bukan satu-satunya pihak yang mengambil keputusan ini; pemerintah Indonesia juga meminta perusahaan tersebut meninggalkan negosiasi karena terlalu lama.
Tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump juga membuat LG memiliki rencana alternatif.
“Mereka juga demand daripada EV itu juga berbeda, dan mereka juga harus memperhatikan untuk investasi di Amerika Serikat. Karena dengan adanya IRA, Inflation Reduction Act, itu kan sangat mempengaruhi. Tapi kita nggak usah khawatir,” katanya.
Menurut Rosan Perkasa Roeslani, menteri investasi dan hilirisasi, LG Energy Solutions tidak mengundurkan diri dari sebagian investasinya dalam proyek ekosistem baterai. Sebaliknya, pemerintah Indonesia meminta LG mundur karena perundingan yang terlalu lama.
Rosan menyatakan bahwa negosiasi dengan LG berlangsung selama lima tahun sejak 2020.
“Tadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun,” kata Rosan saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4) malam.
Investor China Huayou kemudian menyatakan keinginan untuk berinvestasi dalam ekosistem baterai, dan Rosan kemudian mengirimkan surat itu kepada LG. Huayou telah mengungkapkan keinginan untuk masuk dalam konsorsium proyek baterai di Indonesia sejak tahun 2024.
Sumber Antaranews