Limbah Tekstil Bisa Disulap Jadi Bahan Peredam Suara

0
(0)

Instalasi booth EcoTouch di IFFINA 2024 terinspirasi dari rumah Hano yang dilapisi peredam suara./dok EcoTouch.Foto: dok EcoTouch

Jakarta – Banyak rumah sekarang menggunakan bahan peredam suara untuk mengurangi kebisingan. Material ini mirip dengan material yang digunakan di ruang bioskop, sehingga suara hanya terdengar di dalam.

Di Bandung, sebuah pabrik pengolahan limbah tekstil EcoTouch memproduksi bahan peredam suara atau bangunan dari sisa kain jeans dan katun tebal.

“Ini adalah peredam bangunan dari hasil olahan daur ulang limbah tekstil. Jadi ini dari hasil baju-baju bekas atau kain, limbah kain gitu ya. Dicacah, nanti habis itu jadi serat lagi. Terus dipress (dipadatkan) dijadiin peredam,” jelas Brand Communications Manager EcoTouch, Kiki saat ditemui di International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) Indonesia Meubel & Design Expo di Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang pada Sabtu (14/9/2024).

Peredam berwarna biru tua seperti warna jeans. Kekiki mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan pewarna atau pemutih.

Peredam ini dapat digunakan baik di dinding maupun di atap. Yang pertama menggunakan bahan peredam yang lebih tipis dan dilapisi aluminium untuk melindunginya dari air. Yang kedua dijual dalam bentuk gulungan berukuran 25 x 1 meter.

“Kalau yang roof, untuk yang atap itu kami jualnya lebarnya 1 meter. Panjangnya 25 meter. Nah itu di roll gulungan,” imbuh Kiki.

Ketebalannya hanya 2,5 cm, setengah dari peredam suara dinding.

Untuk dinding, sebaiknya ukurannya lebih tebal, seperti 5–10 cm; semakin tebal, semakin baik penghalauan suara.

Material dinding ini dijual sebagai lembaran, bukan gulungan. Paketnya terdiri dari empat lembar material peredam suara berukuran 60 x 120 cm.

Karena material ini tidak hanya dapat meredam kebisingan, tetapi juga dapat mempertahankan suhu di dalam rumah tetap dingin atau panas, menurut Kiki.

Namun, Kiki mengatakan bahwa Anda tidak perlu khawatir karena peredam ini terbuat dari kain sehingga mungkin basah dan terbakar. Dia mengatakan bahwa, seperti pakaian, bahan ini juga bisa kering di kemudian hari. Tidak akan menyebar kemudian apabila terkena api. Api hanya akan membakar di satu tempat pada awalnya.

“Jadi bisa kering lagi. Kita tinggal kipasin ataupun kasih tarik matahari mungkin ya. Lama-kelamaan juga nanti kering lagi. Kita udah treatment anti jamur dan treatment fire retardant,” ungkapnya.

“Jadi dalam arti kalau misalnya nih dia kena api gitu ya. Dia tuh hanya area yang kena api yang gosong aja,” lanjutnya.

Untuk pemasangannya sendiri harus dilakukan oleh petugas ahli karena butuh sebuah kerangka, lem, dan ditutup lagi dengan gypsum agar tampilannya rapih dan materialnya tidak mudah berdebu.

“Pemasangannya mudah kok. Karena ini tinggal tempel kayak ada rangka di dinding biasanya untuk nyelipin. Jadi biar dia tuh nggak goyang kemana-mana. Itu tinggal dimasukin. Terus nanti tutup pakai gypsum atau pakai fabric lagi gitu,” paparnya.

Inovasi ini menunjukkan bagaimana limbah tekstil dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat, seperti bahan peredam bangunan. Selain meningkatkan kinerja akustik dan termal bangunan, penggunaan limbah tekstil mendukung praktik ramah lingkungan dan memberikan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan sampah tekstil.

Sumber Detikproperti

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *