Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi. Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Jakarta – Kondisi Lebanon menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Sejak Senin (23/9/2024), Israel menyerang target Hizbullah di negara tersebut. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan kekhawatirannya terhadap situasi keamanan yang semakin memburuk di Lebanon.
Di sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Rabu (25/9) Menlu Retno Marsudi menyampaikan kekhawatiran Republik Indonesia saat bertemu Perwakilan Khusus Uni Eropa untuk Kawasan Teluk, Luigi Di Maio. Dalam pertemuan mereka, mereka berbicara tentang perkembangan keadaan di Timur Tengah, termasuk Lebanon.
“Indonesia sangat khawatir dengan perkembangan situasi keamanan di Lebanon. Jangan jadikan situasi saat ini di Ukraina, Palestina, dan Lebanon menjadi a new normal,” ujar Menlu Retno lewat keterangannya, seperti dikutip dari situs Kemlu RI.
Presiden Jokowi sebelumnya mengecam serangan Israel terhadap titik-titik yang dituju oleh Hizbullah di Lebanon. Jokowi bahkan meminta Retno merencanakan evakuasi WNI ke Lebanon. Jubir Kemlu Roy Soemirat menyatakan bahwa KBRI Beirut terus mengawasi keadaan WNI di Lebanon. WNI masih ada 159 orang.
“(KBRI Beirut) telah menyiapkan langkah contingency dalam mengantisipasi kondisi gawat darurat,” ujar Roy.
Indonesia memiliki pasukan militer lain selain WNI di perbatasan Lebanon-Israel, yang merupakan bagian dari pasukan perdamaian PBB yang disebut UNIFIL. Sementara itu, sebagai tanggapan atas peningkatan ketegangan antara Israel dan Hizbullah, Amerika Serikat dan sekutu meminta gencatan senjata selama 21 hari antara kedua belah pihak.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB mendorong Israel untuk mencapai gencatan senjata selama 21 hari.
Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi di Lebanon dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan warganya yang berada di luar negeri.
Sumber Kumparan
