Lebih dari 640 Ribu Nyawa Anak di Gaza Terancam Akibat Polio

0
(0)

Warga Palestina mengungsi dari kompleks apartemen Hamad Residential City di sebelah barat laut Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 16 Agustus 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Jakarta – Jalur Gaza di Palestina, yang setahun terakhir menjadi perhatian global karena konflik berkepanjangan, saat ini menghadapi ancaman baru untuk kesehatan.

Penyakit Polio, yang seharusnya sudah menjadi bagian dari masa lalu, kembali muncul sebagai ancaman besar.

Setelah kasus polio pertama di Gaza tengah, Kota Deir Al Balah, terkonfirmasi dalam 25 tahun terakhir, Kementerian Kesehatan Gaza menetapkan daerah tersebut sebagai daerah epidemi pada Juli 2024.

Kementerian Kesehatan Palestina khawatir bahwa kasus ini hanyalah satu dari banyak kasus yang belum terdeteksi.

Polio adalah penyakit yang mengganggu sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak di bawah usia lima tahun.

Dari setiap 200 kasus infeksi, satu di antaranya dapat mengalami kelumpuhan yang tidak dapat disembuhkan, dan 5–10% dari mereka yang lumpuh akhirnya meninggal karena kegagalan fungsi otot pernapasan.

Situasi kesehatan di Gaza, yang telah hancur akibat konflik, semakin memburuk.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merencanakan kampanye vaksinasi polio dua tahap di Gaza untuk lebih dari 640.000 anak di bawah usia 10 tahun untuk mengatasi bencana ini.

UNICEF dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mempersiapkan pengiriman vaksin dan peralatan rantai dingin yang diperlukan untuk penyimpanan vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penyediaan 1,6 juta dosis vaksin polio.

Namun, Josep Borrell, Perwakilan Tinggi UE untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, menyatakan keprihatinannya terhadap keadaan di Gaza.

Pasukan Israel berulang kali mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga Gaza yang menjadi target vaksinasi polio. Rencana awalnya, kampanye vaksinasi akan dimulai akhir Agustus 2024, tetapi telah ditunda sampai Israel memberikan akses dan jaminan keamanan yang jelas.

Josep Borrell mendesak adanya gencatan senjata kemanusiaan selama tiga hari guna memungkinkan vaksinasi oleh WHO dan UNICEF.

“Penyebaran polio yang cepat mengancam seluruh anak-anak di Gaza, yang sudah lelah akibat pengungsian, perampasan, dan malnutrisi,” kata Borrell.

Sistem kesehatan Gaza hancur

Fakta bahwa upaya vaksinasi di Gaza menghadapi kendala yang signifikan membuat Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sangat prihatin.

Dengan sistem kesehatan, air, dan sanitasi yang buruk, serta banyak rumah sakit dan fasilitas perawatan utama yang tidak beroperasi, tantangan sangat besar. Menurut Guterres, orang-orang masih harus mengungsi demi keselamatan mereka.

Situasi di Gaza semakin memburuk sejak perang Israel-Hamas berakhir pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 40.500 orang Palestina tewas dalam serangan Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Selain itu, blokade Israel menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan di daerah tersebut.

Anak-anak di Gaza adalah kelompok yang paling rentan dalam situasi ini. Sejak Oktober tahun lalu, sekitar 50.000 bayi telah dilahirkan di Gaza, dan karena krisis yang sedang berlangsung, banyak di antaranya belum divaksinasi.

Pada Bulan Agustus, Pertahanan Sipil Palestina menyatakan bahwa hanya 9,5 persen dari “zona aman” Jalur Gaza masih dihuni warga sipil yang mengungsi, setelah pasukan Israel mengubahnya menjadi tumpukan puing-puing.

Gaza City adalah kota terbesar dan pusat administratif, ekonomi, serta politik di Jalur Gaza, lalu Khan Younis yang terletak di bagian selatan Jalur Gaza, merupakan kota penting dengan pusat industri dan perdagangan.

Kampanye vaksinasi polio 2 putaran

Upaya untuk mengobati polio di Gaza menjadi sangat penting di tengah kondisi yang semakin memburuk.

UNICEF, WHO, UNRWA, dan mitranya telah mengirimkan 1,2 juta dosis vaksin polio tipe 2 ke Gaza.

Lebih dari 640.000 anak di wilayah tersebut akan terlibat dalam kempanye vaksinasi ini. Badan Amal Qatar menyumbangkan 3 juta dolar AS (sekitar Rp46,5 miliar) untuk membantu upaya UNRWA di Gaza dengan pengiriman vaksin.

Menurut Sam Rose, Wakil Direktur Senior Lapangan UNRWA, situasi di Gaza semakin sulit. Rose mengatakan, “Keluarga-keluarga yang terus-menerus mengungsi dan seringnya relokasi karena perintah evakuasi Israel menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyebaran virus polio.”

Dia juga menekankan bahwa kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan layanan kesehatan semakin memperburuk situasi.

Namun, meskipun WHO mengumumkan “komitmen awal untuk jeda kemanusiaan khusus wilayah” selama kampanye vaksinasi polio di Jalur Gaza yang dijadwalkan dimulai pada 1 September, itu masih membutuhkan komitmen Israel untuk memastikan jeda tersebut.

“Sekarang sangat penting bagi kami untuk mencapai cakupan vaksinasi 90 persen,” kata perwakilan WHO untuk Wilayah Pendudukan Palestina, Rik Peeperkorn, menambahkan bahwa kampanye ini akan dilakukan dalam dua putaran.

Komunitas internasional harus segera mengambil tindakan untuk mencegah wabah polio yang dapat membunuh anak-anak di Gaza, mengingat tantangan dan risiko yang semakin nyata.

Sumber Antaranews

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *