Ilustrasi motor listrik Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD RAMDAN
Jakarta – Menurut Aismoli (Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia), dealer saat ini memiliki banyak unit motor listrik menumpuk. Masyarakat menunggu kepastian subsidi pembelian untuk tahun 2025 sebagai salah satu alasan.
“Cukup banyak [stoknya], karena masyarakat stop buying untuk menunggu insentif subsidi,” kata Ketua AISMOLI Budi saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (3/2), dikutip dariCNBC Indonesia.
Agung Pamungkas, CEO Tangkas Motor Listrik, juga mengomentari penurunan minat motor listrik. Dia mengatakan bahwa orang tidak ingin beralih ke motor listrik karena tidak ada subsidi untuk motor listrik yang menggantung.
“Kalau tidak ada subsidi lagi, maka umumkan, itu lebih baik buat kita, jangan dibuat gantung terus,” jelas dia.
Yannes Pasaribu, pengamat otomotif dari Akademisi ITB, mengatakan bahwa sejak insentif diakhiri pada tahun 2024, wacana subsidi untuk motor listrik masih tidak jelas. Hal ini berdampak pada pertimbangan masyarakat untuk membeli motor listrik karena harganya masih lebih murah.
“Ketidakpastian ini menciptakan keraguan di kalangan konsumen, yang merasa bahwa tanpa insentif finansial yang jelas, motor listrik masih terasa mahal dan tidak terjangkau,” kata Yannes kepada detikOto, Jumat (7/2/2025)
Dia menambahkan bahwa harga motor listrik kembali menjadi beban keuangan yang signifikan bagi sebagian besar konsumen karena tidak ada kejelasan atau perpanjangan subsidi. Selain itu, orang-orang masih lebih suka menggunakan bensin, yang lebih murah, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
“Di sisi lain, daya beli masyarakat yang menyusut pada tahun ini akibat stagnasi ekonomi makro Indonesia, juga sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli motor listrik,” kata Yannes.
“Ekonomi Indonesia, terutama di kalangan kelas menengah ke bawah, sedang mengalami tekanan. Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian kendaraan baru, apalagi yang harganya lebih tinggi seperti motor listrik,” ungkap dia.
“Hal ini menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan motor listrik, meskipun ada program percepatan adopsi EV dari pemerintah. Tanpa adanya kebijakan yang jelas dan insentif yang pasti, masyarakat low segment ini akan memakai rasionalitasnya dengan memilih untuk tetap menggunakan kendaraan yang lebih terjangkau,” jelas Yannes.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, subsidi sebesar Rp 7 juta untuk setiap unit kendaraan listrik dapat diperpanjang hingga tahun 2025 untuk membantu percepatan adopsi EV di Indonesia.
Meskipun kebijakan efisiensi anggaran dipertimbangkan, Airlangga menyatakan bahwa program itu sudah disepakati dan tidak akan terganggu.
Sumber Detik.com