Menkomdigi Meutya Hafid berbicara soal kebutuhan Indonesia akan talenta digital. Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
Yogyakarta – Untuk menjadi negara yang bersaing di era digital, Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital di berbagai bidang. Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menghadapi tantangan yang sama.
“Setelah dihitung-hitung, tentu ini berdasarkan hitungan bersama ya, bahwa kita kalau mau menguasai teknologi digital, kita perlu sembilan juta talenta digital hingga 2030. Sekarang sudah 2024, PR kita banyak,” ungkap Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid saat menghadiri acara di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), melakukan berbagai inisiatif dengan bekerja sama dengan perusahaan teknologi global seperti AWS dan Microsoft untuk menghasilkan talenta digital yang berkualitas.
“Kita sudah melakukan dengan beberapa, tidak sendirian ya, perusahaan teknologi global, AWS misalnya, sudah punya komitmen hampir satu juta. Kalau nggak salah 800 ribu atau 900 ribu talenta digital,” ucapnya.
“Microsoft kemarin menyatakan siap untuk tahun ini bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk melahirkan satu juta (talenta digital-red),” sambung Menkomdigi.
Sebagai informasi, kerja sama antara Komdigi dan Microsoft mencanangkan program ElevAIte untuk melatih satu juta talenta digital dalam keterampilan AI. Kerja sama ini menghasilkan investasi Microsoft sebesar 27,6 Triliun.
Selain itu, Meutya menyatakan bahwa akan ada peningkatan jumlah bakat digital yang berasal dari perguruan tinggi. Dua di antaranya berasal dari Universitas Gadjah Mada. Yang lain adalah Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) di Yogyakarta, yang diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dan sekarang berganti nama menjadi Politeknik Digital (Poldigi).
Meutya mengkhawatirkan bahwa Indonesia akan menjadi negara tertinggal jika negara tersebut tidak memiliki bakat digital yang cukup hingga batas waktu tersebut.
“Artinya, sembilan juta (talenta digital-red) itu perlu bersama-sama, kementerian tidak bisa sendiri membiayai pelatihan khusus sembilan juta juga. Saya rasa kita harus rame-rame, kampus, perusahaan swasta besar, kemudian pemerintah tentu dan lain-lain,” tutur Meutya.
Sumber DetikInet