Ilustrasi Greenland. ANTARA/Anadolu/py
Washington – Sehari setelah pemerintahan baru yang sangat pro-kemerdekaan mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan di wilayah otonomi Denmark itu, Presiden AS Donald Trump terus menegaskan keinginannya untuk mencaplok Greenland.
“Kami harus melakukannya. Kami benar-benar membutuhkannya untuk keamanan nasional,” kata Trump kepada wartawan saat dia menjamu Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.
“Itulah sebabnya NATO mungkin harus terlibat, karena kami benar-benar membutuhkan Greenland untuk keamanan nasional,” tambahnya.
Trump mengatakan kepada Rutte bahwa pemimpin NATO itu “bisa menjadi instrumental” dalam mencapai tujuannya.
Sejak tahun 1979, pulau terbesar di dunia, Greenland, telah menjadi wilayah otonom Denmark. Pulau tersebut kaya akan mineral dan strategis berada di antara Samudra Arktik dan Atlantik.
Dengan luas lebih dari 2 juta kilometer persegi (800 ribu mil persegi), pulau itu kaya akan potensi minyak dan gas, serta logam tanah jarang yang penting bagi industri teknologi tinggi seperti nikel, kobalt, dan tembaga.
Pemerintah Denmark menegaskan kedaulatannya yang berkelanjutan atas pulau itu, jadi Greenland dan Denmark menolak usulan untuk menjualnya.
Sebuah survei yang dilakukan pada Januari menunjukkan bahwa 85% orang Greenland menentang bergabung dengan Amerika Serikat.
Saat hasil pemilu keluar pada Rabu (12/3), Partai Demokraatit (Demokrat) Greenland yang pro-kemerdekaan mendapatkan sebagian besar suara dalam pemilihan umum.
Karena partai pro-kemerdekaan memperoleh lebih dari 30 persen suara, hasil tersebut mengecewakan partai politik yang berkuasa.
Pemimpin Partai Demokrat Jens-Frederik Nielsen akan membentuk pemerintahan baru dengan Partai Naleraq, yang sangat pro-kemerdekaan, dengan 24,8 persen suara.
Naleraq dan Partai Demokrat mendukung kemerdekaan dari Denmark, tetapi Naleraq ingin pemisahan diri dari Denmark lebih cepat.
Sumber: Anadolu
